Aktivis Anti Korupsi, Febri Diansyah Sebut Ada 3 Hal Pelik Yang Harus Dituntaskan Partai Politik
Jakarta - Aktivis anti korupsi, Febri Diansyah menyebutkan ada tiga masalah pelik
yang perlu dituntaskan partai politik untuk menekan kasus korupsi.
Merujuk data dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), hingga Januari
2021, total 417 politisi terjerat kasus rasuah.
"Kalau kita kaitkan dengan isu korupsi di sektor politik, ternyata
posisi yang paling banyak dijerat dalam kasus korupsi itu selain swasta
adalah para politisi anggota DPR dan DPRD, kalau dijumlahkan DPR DPRD,
wali kota, bupati, jumlahnya bisa mencapai 417 politisi,"katanya dalam
launching PKS Muda Institute sekaligus memperingati Hari Sumpah Pemuda,
Kamis (28/10).
Selanjutnya, dia merinci, masalah pertama yang kerap membebani partai
politik adalah pendanaan. Seperti dua sisi mata uang, keterbatasan
pendanaan untuk partai politik secara umum menjadi alasan para politisi
mencari sumber pendanaan lain dengan cara-cara koruptif.
Namun, jika negara membantu menopang keuangan partai politik, memicu
resistensi dari masyarakat lantaran terbentur dengan akuntabilitas.
Sederhananya, ucap Febri, masyarakat ragu perilaku korupsi tak terjadi
kendati sudah mendapat bantuan negara.
"Ada problem akuntabilitas, keterbatasan akses audit BPK, juga terhadap
pendanaan partai politik, jadi ini perlu diselesaikan sebenarnya,"jelasnya.
Masalah kedua dan ketiga adalah kaderisasi dan rekrutmen. Mantan Juru
Bicara KPK ini berpandangan, kaderisasi dan proses rekrutmen sedianya
seusai dengan tahapan tertentu agar nantinya saat bergantung dalam
payung partai politik dapat berkontribusi memecahkan akar masalah di
partai.
Namun, Febri tidak menampik, masih banyak partai politik mengesampingkan
kapasitas dalam proses kaderisasi dan rekrutmen. Umumnya, beberapa
partai politik melakukan kaderisasi berdasarkan faktor kedekatan.
"Ada partai yang kaderisasinya berdasarkan kedekatan tokoh-tokoh
tertentu, kedekatan dengan para pemilik modal tertentu, atau penguasaan
terhadap sumber daya ekonomi sumber daya uang,"ungkapnya.
Jika proses kaderisasi dan rekrutmen bersifat oligarki, Febri meyakini
langkah itu memiliki masalah serius khususnya dalam perilaku rasuah.
"Ini tentu akan menjadi masalah dan punya efek domino yang sangat serius terhadap korupsi di sektor politik."
Komentar
Posting Komentar